Sebagai petani organik, kompos merupakan pupuk yang sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan bahan-bahan dekomposer. Berbagai macam bahan-bahan dekomposer banyak beredar di pasar (seperti EM4). Petani yang ingin mandiri tidak ingin selalu bergantung dengan pihak lain, terutama pihak-pihak penyedia sarana produksi pertanian.
“Kalau kita bisa bikin EM4, kenapa kita harus beli? EM4 itu kan sama saja dengan MOL, dari baunya kan sudah sama,” ungkap Kariman, Lakbok. Dari sinilah ide mengkaji bagaimana membuat atau menghasilkan mikroorganisme lokal atau lebih sering dikenal dengan nama MOL. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, petani-petani kreatif di Ciamis membuat MOL dari bahan-bahan seperti buah-buahan busuk (pisang, pepaya, mangga, dll), rebung, pucuk tanaman merambat, tulang ikan, keong, urine sapi, bahkan sampai urine manusia, darah hewan, bangkai hewan, air cucian beras, dan sisa makanan.
“Sekarang saya kalau kencing selalu ditampung, urinenya buat disiram ke sawah, hasilnya padinya jadi bagus,” ujar Cicih, petani anggota KSP Alam Sejati, Panumbangan. Hal serupa juga diungkapkan oleh H. Eha, Aam Amalia, anggota KSP Alam Sejati yang lain. “Cara membuat MOL itu mudah, semua yang ada di sekitar kita bisa dipakai, semua bahan dicampur dengan yang manis-manis seperti air nira, air gula, air kelapa juga bisa. Lalu ditutup dengan kertas, dibiarkan sampai 7 hari. Setelah itu dipakai untuk nyemprot ke sawah”, jelas Sutar, KSP Bumi Sejati, Banjarsari yang disebut sebagai “profesor” oleh teman-temannya, karena keahliannya meramu berbagai bahan menjadi MOL, bahkan mengatakan bahwa MOL baik juga untuk diminum oleh manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar